Indonesian Summary : Tamu episode ini adalah Lalan Suharlan, yang dilahirkan prematur (7 bulan), sehingga pertumbuhan tubuhnya, terutama bagian kaki, tidak normal. Namun dia menjalani hidup normal sejak kecil. Setamat sekolah dasar di Tasikmalaya, dia merantau ke Solo karena sekolah menengah pertama di kotanya tidak menerima dirinya. Dia bersekolah di Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC) Solo. Selepas SMA, dia memiliki prestasi rally kursi roda. Pada sebuah pertandingan, dia bertemu duta besar Denmark yang menjadi tamu di acara itu. Oleh sang duta besar, dia ditawari bantuan pendidikan hingga kuliah. Dia akhirnya menjadi karyawan berbagai perusahaan swasta dan membantu mengelola pesantren Daruut Tauhid di Bandung. Lalan memperlihatkan bahwa keterbatasan fisik bukanlah halangan untuk memiliki kehidupan yang bermanfaat.
English Summary : Today’s guest is Lalan Suharlan, who was born premature (7 months). He suffered an abnormal growth, especially his feet. Nevertheless, he has lived a normal life since he was a child. After graduating from elementary school in Tasikmalaya, he went to Solo alone, just because he wasn’t accepted in Junior high schools where he lived. He then studied at an Educational Institute for Disablility in Solo. After finishing high school, he became a wheelchair rally athlete. In a competition, he met an ambassador from Denmark. The ambassador offered him a college scholarship. After pursuing his degree, he became an employee at various private companies and in the end he became an administrator at Pesantren Daarut Tauhid in Bandung. Lalan explained that having limitations physically wasn’t a barrier for him to pursue a life worth living for.